Transdermal patch
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Patch transdermal
adalah patch dengan perekat yang mengandung senyawa obat, yang
diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif dalam dosis spesifik melalui
kulit menuju aliran darah.
Merupakan cara
penghantaran obat secara topikal dalam bentuk patch atau semisolid yang dapat
memberikan efek sistemik yang terkontrol. Penghantar obat secara transdermal
memiliki banyak keuntungan di bandingkan dengan metode penghantar obat secara
konvensional seperti pemberian obat secara oral. Penghantaran transdermal
memberikan pelepasan obat yang terkontrol, menghindari metabolisme hepatik,
menghindari pengaruh pencernaan, kemuduhan memberhentikan pemakaian, dan durasi
penghantar obat yang lama. Mekanisme penghantaran obat transdermal adalah
menghantarkan molekul obat melewati lapisan Stratum
corneum dalam kulit dengan berdifusi melalui lapisan lipid kulit.
(Amjad,2011)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan transdermal
?
2. Apa yang di maksud dengan transdermal
patch ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan
transdermal patch ?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian
transdermal patch ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan transdermal patch, sejarah, keuntungan dan
kerugian dari transdermal patch.
BAB II
TINJAUAN MATERI
Transdermal patch
2.1 Definisi
Transdermal
adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat
berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun
mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat;
dermal = kulit). Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan hormon,
misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk menghilangkan
kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing).
Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila
diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan. Misalnya
efek penggumpalan darah akibat estrogen oral, atau iritasi lambung pada
obat-obat antiinflamasi non steroid dan aspirin/asetosal(Lucida, 2008).
Patch adalah
salah satu rute pemberian obat secara perkutan yang ditujukan untuk pemakain
luar dengan sistem kontak dengan kulit secara tertutup. Sediaan patch dibedakan
menjadi 2 yaitu trasdermal lokal dan transdermal sistemik.
Transdermal
path adalah sediaan farmasi yang fleksibel
dalam persiapannya dari berbagai ukuran yang mengandung satu atau lebih
zat aktif. Patch di terapkan pada kulit
agar dapat memberikan zat aktif ke sistemik setelah melewati penghalang
kulit. Patch transdermal biasanya
terdiri dari lapisan luar yang mendukung persiapan yang berisi substansi aktif.
(European Directorate for Quality of Medicines, 2005)
Banyak
sediaan –utamanya pada kosmetik dan sediaan dermatologi— yang ditujukan
untuk pemakaian melalui kulit karena berbagai alasan. Sediaan
tersebut misalnya lotio, salep, kirim, suspense, emulsi, dan lain-lain.
Meskipun pada umumnya dimaksudkan untuk pengobatan penyakit kulit dan kalaupun ditujukan
agar obat menembus permukaan kulit dihindari permeasi ke sirkulasisistemik
tentu ada beberapa pengecualian, akan tetapi jika obat telah berhasil menembus
epidermis, akan tetap ada kemungkinan obat tersebut menembus sirkulasi
sistemik. Adanya obat yang sampai ke sirkulasi sistemik dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan kadar obat dalam darah atau dalam urin. Tetapi untungnya, biasanya
kadar obat yang “tidak sengaja” menembus sirkulasi sistemik berjumlah kecil
sehingga efeknya tidak dirasakan oleh pasien(Anonim, 2010).
Proses
masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan – lapisan kulit menuju
posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi
perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang
ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan
yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi
kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau
kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan
inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit dibandingkan
penetrasi melalui folikel rambut, kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak.
Hal ini terkait perbandingan luas permukaan diantara keempatnya.Sebenarnya,
kulit yang rusak pun (robek, iritasi, pecah –pecah, dll) dapat terpenetrasi
oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari pada kulit normal. Hal ini
karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan pelindungnya. Meski
demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan karena
absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi(Anonim, 2010).
Senyawa
peningkat penetrasi (penetration enhancers) lazim digunakan di dalam sediaan
transdermal dengan tujuan mempermudah transfer obat melewati kulit. Rute
pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif untuk menghindari
variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per oral, menghindari
kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi efek samping
obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada tempat
kerjanya. Namun, kulit merupakan suatu ’barrier’ alami dengan lapisan terluar
(stratum corneum) tersusun atas jalinan kompak ’crystalline lipid
lamellae’ sehingga bersifat impermeable terhadap sebagian besar senyawa
obat(Lucida, 2008).
2.2 Sejarah Perkembangan Transdermal
Ada berbagai
jenis patch transdermal yang selanjutnya dimodifikasi untuk meningkatkan
potensi obat pengiriman. Sistem penghantar obat Transdermal atau Transdermal Drug Dilevery System (TDDS)
Teknologi sekarang telah dikembangkan yang dianggap membantu dalam tingkat
terkendali pengiriman obat yang sulit untuk mengelola. Ini artikel yang
menekankan sebagian besar teknologi yang terlibat dalam permeasi lebih baik
melalui kulit ke dalam Sistem Pengiriman Obat yang efektif(Bharadwaj, 2011).
Baru-baru
ini TDDS telah menjadi salah satu yang paling topik untuk penelitian yang
inovatif untuk administrasi dari mereka obat yang mencoba untuk penggunaan
dengan rute transdermal. Perangkat transdermal pertama (patch) telah disetujui
oleh DA pada tahun 1981. Lebih dari 30 produk yang dapat digunakan
transdermal telah disetujui untuk dijual di Amerika Serikat, dan lebih dari 10
API telah diambil untuk persetujuan untuk penggunaan global.
Untuk TDDS
efektif, obat harus mampu menembus membran kulit sehingga obat yang dengan
mudah dapat mencapai ke situs target. Transdermal Sistem Pengiriman
mencakup semua calon obat topikal yang terkelola, dimaksudkan untuk
memfasilitasi penyerapan obat ke dalam sirkulasi sistemik. Dikendalikan
dan terus menerus pemberian obat melalui kulit ke sirkulasi darah dapat dicapai
oleh sistem ini. Berbagai kombinasi telah mengembangkan untuk mengontrol
pelepasan obat yang memiliki properties.can melepaskan yang berbeda diamati
dalam perumusan povidone (PVT): Etil selulosa (EC) bentuk yang berkelanjutan
tingkat obat dapat dicapai ketika diambil dalam rasio 1:05 sedangkan PVT:
Eudragit formulasi kurang efisien selama masa studi pelepasan
terkontrol. Transdermal patch sekarang telah menjadi teknologi yang besar
untuk mengendalikan obesitas dengan mengurangi berat badan akses. Hal ini
dapat dilakukan dengan menerapkan patch penurunan berat badan alami yang
mengandung bahan seperti gaurana, yerba mate, piruvat seng, minyak biji rami,
lesitin, l-karnitin, dll pada kulit itu adalah untuk mungkin untuk mengurangi
lemak tubuh. Karena memiliki keuntungan dari yang non invasif, pengiriman
ini harus memenuhi beberapa parameter seperti potensi tinggi, permeabilitas
yang lebih baik melalui kulit dan iritasi non untuk lebih
baikkepatuhan. Pada saat ini, beberapa kemajuan telah dibuat untuk
perbaikan dalam teknologi untuk mengontrol tingkat obat selama pengiriman, dan
/ atau menargetkan pengirimanobat untuk jaringan. TDDS memiliki atribut
yang sangat signifikan dan meningkatkan utilitas seperti:
- Target pengiriman obat ke jaringan tubuh.
- Tinggi keamanan dan efektivitas.
- Mengurangi frekuensi dosis dan dosis obat yang dibutuhkan.
- Pengurangan tingkat beracun obat.
- Kurang sensasi nyeri dalam administrasi calon obat.
- kepatuhan pasien yang lebih baik(Bharadwaj, 2011).
TDDS
dikembangkan dengan tujuan pengobatan sistemik melalui kontak pada permukaan
kulit. Contoh pengembangannya adalah Scopolamine-releasing ’Transdermal Drug
Delivery System’ yang digunakan untuk perawatan profilaksis atau motion-induced
nausea, kemudian diikuti dengan pemasaran Nitroglyserin-releasing ’Transdermal
Drug Delivery System’ yang sukses dan Isosorbide Dinitrate-releasing
’Transdermal Drug Delivery System’ untuk perawatan angina pectoris,
Clonidine-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ (Catapres®) untuk terapi
hipertensi, Estradiol-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ (Estraderm®)
untuk perawatan sindrom postmenopause, serta Fentanyl-releasing ’Transdermal Drug
Delivery System’ (Duragesic®) untuk perawatan analgesik pada penderita kanker. (Patel,
2011)
2.3 Sistem
Penghantaran Obat Secara Trandermal
Tinjauan Umum
Sediaan
transdermal merupakan sedian yang menyediakan rute alternatif untuk
menghantarkan obat menembus kulit hingga dapat mencapai peredaran darah
sehingga dapat menghindarkan obat dari kemungkinan terjadinya first pass
metabolism. Secara umum ada dua tipe dari system transdermal tersebut yang
dapat mengontrol laju pelepasan obat dalam kulit dan yang memungkinkan kulit
untuk mengontrol laju absorpsi dari obat (Ansel, 1995).
Persyaratan Tipe Transdermal (Ansel,
1995)
Persyaratan sistem penghantaran obat
secara transdermal adalah:
- Sistem dapat menghantarkan obat dengan laju obat yang terkontrol, sejak saat menempel pada kulit pasien hingga terjadi absorpsi ke sirkulasi sistemik
- Sistem harus memberikan karakteristik fisikokimia yang tepat untuk dapat melepaskan substansi obat ke dalam stratum corneum
- Sistem dapat mengoklusi kulit untuk memastikan arus searah dari laju fluks obat
- System transdermal memiliki efek terapeti yang lebih menguntungkan daripada bentuk sediaan dan system penghantaran obat yang lainnya
- Bahan pelekat, pembawa, dan bahan aktif dalam system transdermal tidak boleh mengiritasi kulit pasien
- System transdermal ,merupakan sisitem yang oklusi dan tidak boleh aad perkembangan dari bakteri kulit.
Keuntungan dan kerugian system
transdermal (Ansel, 1995)
Keuntungan system transdermal:
- Menghindari kesulitan absorpsi obat di gastrointestinal yang disebabkan oleh ketidaksesuaian pH gastrointestinal, aktivitas enzim, interaksi obat dengan makanan atau obat lain
- Sebagai rute yang dapat digunakan jika rute peroral tidak dapat digunakan, misalnya pada kondisi pasien mual atau diare
- Dapat menghindari first pass metabolism, yaitu metabolisme obat secara besar-buesaran sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
- Menghindari resiko dan gangguan terapi obat secara parenteral dan berbagai variable absorpsi dan metabolisme yang terkait dengan terapi obat secara peroral
- Memiliki kemampuan untuk menjadikan terapi obat multiday menjadi terapi dengan satu kali pemakaian sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat multiple dose
- Memperpanjang aktivitas obat dengan waktu paruh yang pendek melalui penyimpanan obat yang ada pada system pemberian terapetik dengan pengaturan pelepasan obat secara terkendali
- Menyediakan kemampuan untuk menghentikan efek obat secara cepat (jika dikehendaki) dengan cara melepaskan sediaan dari permukaan kulit
- Menyediakan kemudahan identifikasi daalam keaadaan pengobatan darurat (seperti pasien yang nonresposif, tidak sadar , atau pasien dalam keadaan koma)
Kerugian sistem transdermal
- System trasdermal tidak cocok untuk obat yang dapat mengiritasi kulit
- Hanya obat-obat yang relative poten yang cocok sebagai kandidat untuk system transdermal karena adanya sifat impermeable dari kulit
- Kesulitan teknis berhubungan dengan system pelekatan pada tipe kulit dan berbagai kondisi lingkungan yang berbeda
2.4 Faktor yang mempengaruhi
:
ü Kondisi Kulit
ü Umur
ü Iritasi Kulit(anonoim, 2010).
2.5 Keuntungan dan Kerugian sediaan
transdermal
Keuntungan obat Transdermal :
·
Meningkatkan kemudahan dan
kenyamanan pemakaian obat
·
Pelepasan obat dapat mudah dan
diakhiri dengan cara melepaskan patch
·
Mencegah metabolisme presistemik
dihati dan saluran cerna
·
Mengurangi variabilitas antar pasien
·
Pengurangan fluktuasi kadar plasma obat
·
Pemanfaatan calon obat dengan indeks
terapeutik pendek setengah-hidup dan rendah
·
Kadar obat dapat dikontrol pada
sirkulasi sistemik untuk obat yang kerjanya diperanjang
·
Untuk kerja obat yang diperpanjang
dapat mengurangi frekuensi pemberian obat
·
Mengurangi tingkat konsentrasi
plasma obat, dengan efek samping yang menurun.
·
Dosis yang dibutuhkan jauh lebih
kecil dibanding dosis oral, karena obat diharapkan langsung masuk ke sasaran,
sehingga tingkat toksisitasnya pun lebih rendah dibanding oral. Misalnya, pada
Carbamazepin (antikonvulsan / antikejang, umum digunakan untuk penderita
epilepsi) dosis transdermal 4 mg mampu memberikan efek setara dengan dosis 1200
mg oral(Patel, 2011).
Kerugian obat transdermal :
- Memliki bobot molekul relatif kecil (kurang dari 500 Da). Hal ini karena pada dasarnya stratum corneum pada kulit merupakan barrier yang cukup efektif untuk menghalangi molekul asing masuk ke tubuh sehingga hanya molekul – molekul yang berukuran sangat kecil sajalah yang dapat menembusnya.
- Memiliki koefisien partisi sedang (larut baik dalam lipid maupun air).
- Memiliki titik lebur yang relatif rendah. Hal ini karena untuk dapat berpenetrasi ke dalam kulit, obat harus dalam bentuk cair.
- Memiliki effective dose yang relatif rendah.
- Range obat terbatas (terutama terkait ukuran molekulnya).
- Dosisnya harus kecil.
- Kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit.
- Tidak semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obat – obat transdermal. Misalnya telapak kaki, dll.
Harus diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat
kulit juga memiliki banyak enzim pemetabolisme.
2.6 Jalur Permeasi Transdermal
Permeasi dapat terjadi dengan
difusi melalui :
- Transdermal permeasi, melalui stratum
korneum.
-
Interselular permeasi, melalui stratum korneum.
- Transappendaged permeasi,
melalui folikel rambut,kelenjarsebaseadankeringat(Bharadwaj, 2011).
2.7 Klasifikasi Berdasarkan Teknis Kecanggihan
TDDS (Transdermal
Drug Dievery System)
a) Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat
Ini
melibatkan desain sistem yang memberikan obat-obatan dengan mengendalikan
difusi molekuler dari molekul obat melintasi penghalang kulit dalam atau di
sekitar sistem pengiriman. Polimer membran permeasi dikendalikan sistem
pengiriman obat. Ini melibatkan sistem di mana obat ini tertutup dalam
reservoir obat. Hal ini tercakup oleh membran semipermeabel dari polimer
yang mengatur pelepasan dan memiliki permeabilitas tertentu.Ada beberapa
potensi pengembangan dengan proses permeasi membran permeasi membran sebagai
mikroporous dikendalikan pengiriman perangkat pencernaan, resistensi cairan
lambung usus ditargetkan rilis perangkat dikendalikan pencernaan dan gel difusi
dikendalikan sistem pengiriman obat (Bharadwaj, 2011).
b) Aktivasi sistem
pengiriman obat dimodulasi
Jenis sistem pengiriman dapat dicapai oleh :
- Fisik
- Tekanan osmotik diaktifkan sistem pengiriman obat.
- tekanan hidrodinamik obat dikendalikan sistem pengiriman.
- Tekanan uap diaktifkan sistem pengiriman obat.
- Mekanis diaktifkan sistem pengiriman obat.
- magnetis diaktifkan sistem pengiriman obat.
- elektrik diaktifkan sistem pengiriman obat.
- USG diaktifkan sistem pengiriman obat.
- Hidrasi diaktifkan sistem pengiriman obat.
2. Kimia
- pH diaktifkan sistem pengiriman obat
- Ion diaktifkan sistem pengiriman obat
- Hidrolisis sistem pengiriman obat diaktifkan
3. Biokimia
Enzim diaktifkan sistem pengiriman
obat(Bharadwaj, 2011).
c) Umpan balik
pengiriman obat diatur system
Pelepasan
molekul obat dari sistem transdermal difasilitasi oleh agen yang memicu pelepasan
obat, seperti biokimia dalam tubuh dan juga diatur oleh konsentrasi melalui
beberapa mekanisme umpan balik(Bharadwaj, 2011).
d)
Carrier berbasis sistem pengiriman obat
Hal ini
melibatkan sistem vesikuler seperti hidrogel, liposom, niosomes, nanocapsules,
nanopartikel, polimer kompleks, mikrosfer, nanoerythrosomes, transferosomes,
dendrimers, aquasomes, dan lain-lain(Bharadwaj, 2011).
2.8 Sediaan Transdermal
Sediaan
transdermal yang biasa dijumpai di pasaran saat ini adalah transdermal therapeutic
system (TTS) yang biasa disebut sebagai plester. Secara sederhana, plester
terdiri atas komponen – komponen berikut (dimulai dari lapisan paling luar):
1. Clear backing atau lapisan penyangga, biasanya
terbuat dari lapisan polyester,
ethylene
vinyl alcohol (EVA), atau lapisan polyurethane. Lapisan ini berguna untuk
melindungi obat dari air dan sebagainya yang dapat merusak obat. Lapisan ini
harus lebih luas dari pada lapisan di bawahnya.
2. Drug Reservoir atau lapisan yang mengandung obat
(zat aktif) beserta dengan perlengkapannya seperti material pengatur kecepatan
pelepasan obat, dsb.
3. Lapisan perekat atau semacam lem untuk menempelkan
impermeable back beserta drug reservoir pada kulit.
4. Lapisan pelindung yang akan dibuang ketika plester
digunakan. Lapisan ini berguna untuk mencegah melekatnya lapisan perekat pada
kemasan sebelum digunakan.
Terkadang, ada pula lapisan tambahan yaitu rate-controlling membrane yang terbuat dari polypropylene berpori mikro dan yang berfungsi sebagai membrane pengatur jumlah dan kecepatan pelepasan obat dari sediaan menuju permukaan kulit.
Terkadang, ada pula lapisan tambahan yaitu rate-controlling membrane yang terbuat dari polypropylene berpori mikro dan yang berfungsi sebagai membrane pengatur jumlah dan kecepatan pelepasan obat dari sediaan menuju permukaan kulit.
Saat ini, terdapat dua tipe plester yaitu
plester dengan sistem reservoir dan plester dengan sistem matriks (drug in
adhesive system). Inti perbedaan di antara keduanya adalah pada sistem
reservoir laju pelepasan obat dari sediaan dan laju permeasi kulit ditentukan
oleh kemampuan kulit mengabsorbsi obat sedangkan pada sistem matriks laju
pelepasan obat dari sediaan diatur oleh matriks.
Contoh obat yang diberikan secara transdermal
adalah nitrogliserin (digunakan untuk pengobatan angina). Pada umumnya patch
nitrogliserin transdermal ditempelkan di dada atau punggung. Yang harus
diperhatikan adalah patch ini harus ditempatkan pada kulit yang bersih, kering,
dan sedikit ditumbuhi rambut agar patch dapat menempel dengan baik.
Ada empat jenis utama patch transdermal :
Single-layer Obat-in-Adhesive
Dalam sistem ini obat ini termasuk langsung dalam-menghubungi perekat kulit. Dalam jenis ini patch lapisan perekat bertanggung jawab atas pelepasan obat, dan berfungsi untuk mematuhi berbagai lapisan bersama-sama, bersama dengan seluruh sistem pada kulit. Lapisan perekat dikelilingi oleh liner sementara dan pendukung.
Multi layer-Drug-in-Adhesive
Multi-layer Drug-in-Adhesive mirip dengan lapisan-Single Obat-in-Adhesive dalam bahwa obat ini dimasukkan langsung ke dalam perekat. The-lapisan sistem multi menambahkan lapisan lain obat--perekat dalam, biasanya dipisahkan oleh membran. Patch ini juga memiliki lapisan sementara-liner dan dukungan permanen.
Reservoir
Desain sistem transdermal Reservoir termasuk kompartemen cair yang mengandung solusi obat atau suspensi dipisahkan dari liner rilis oleh membran semi-permeabel dan perekat. Komponen perekat produk dapat menjadi sebagai lapisan kontinu antara membran dan liner pelepasan atau sebagai konfigurasi konsentris di sekitar membran.
Desain sistem transdermal Reservoir termasuk kompartemen cair yang mengandung solusi obat atau suspensi dipisahkan dari liner rilis oleh membran semi-permeabel dan perekat. Komponen perekat produk dapat menjadi sebagai lapisan kontinu antara membran dan liner pelepasan atau sebagai konfigurasi konsentris di sekitar membran.
Matriks
Sistem Matrix memiliki lapisan obat dari matriks semipadat berisi larutan obat atau suspensi, yang bersentuhan langsung dengan liner rilis. Lapisan perekat di patch ini mengelilingi lapisan overlay sebagian obat itu.
Sistem Matrix memiliki lapisan obat dari matriks semipadat berisi larutan obat atau suspensi, yang bersentuhan langsung dengan liner rilis. Lapisan perekat di patch ini mengelilingi lapisan overlay sebagian obat itu.
2.9 Syarat pembuatan patch
Dalam pembuatan sediaan patch
terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah:
- Mempunyai kadar air yang relative kecil
- Permukaan patch harus rata dan tidak mengkerut selama penyimpanan
- Bahan obat dan bahan tambahan harus terdistribusi merata
- Mampu melepaskan bahan aktif dalam jumlah yang cukup
- Mampu berpenetrasi ke dalam kulit sesuai dengan tujuan pengobatan
Contoh Transdermal
patch

1.
Nikotin Patch
Nikotin
adalah bahan kimia adiktif dalam tembakau. Nikotin patch merupakan obat yang
digunakan untuk mengatasi kecanduan merokok. Nikotin patch dikenal pada awal
tahun 1990an dan berhasil digunakan oleh jutaan orang untuk membantu mereka
agar dapat berhenti merokok.
Nikotin
patch tidak dapat dilepas, harus dipasang sepanjang hari sebagai pengganti
rokok. Beberapa produk perlu diganti setiap 24 jam sekali. Beberapa produk
hanya digunakan selama beraktivitas dan dilepas selama tidur. Pemakaian patch
nikotin dapat mengurangi beberapa gejala utama kecanduan rokok, seperti gugup,
mudah marah, mengantuk, dan kurang konsentrasi.
a.
Mekanisme Kerja
Nikotin
patch didesain untuk melepaskan sejumlah dosis nikotin ke dalam aliran darah
sehingga dapat mengurangi keinginan terhadap rokok. Nikotin menembus kulit dan
masuk kedalam aliran darah. Patch memberikan kadar nikotin yang lebih sedikit
dalam darah dari pada ketika menggunakan rokok. Sediaan nikotin patch berguna
untuk mengurangi withdrawal symptom yang dialami oleh seseorang ketika mencoba
berhenti merokok, meliputi iritabilitas, rasa cemas, restlessness, marah, dan
sulit berkonsentrasi. Nikotin patch tidak memiliki zat berbahaya seperti karbon
monoksida, tar dan komponen lain yang ada pada rokok.
b.
Sediaan Nikotin Patch
Sediaan NRT pertama yang disetujui
oleh FDA adalah nicotine gum pada tahun 1984, diikuti oleh transdermal nicotine
patch (tapel nikotin), nicotine nasal spray dan nicotine inhaler(Sadikin,
2008).
Produk Nicotine
Patch :
1.
Habitrol (Basel)
Patch bundar multi layer yang terdiri dari :
- Lapisan dasar (backing) : aluminum yang berwarna coklat.
- Perekat (adhesive) : akrilat yang sensitif terhadap tekanan.
- Larutan copolimer asam metakrilik dari nikotin yang terdispersi dalam lapisan kental yang stabil dan kapas.
- Lapisan perekat (adhesive) : akrilat.
- Pelepasan pelindung dialuminum yang dilapisi lapisan perekat dan dihilangkan sewaktu digunakan.
2. Nicoderm (Marion Merrell Dow)
Patch persegi panjang
multi layer yang terdiri dari :
- Dasar (backing) yang oklusif : polietilen, aluminum, poliester, atau copolimer etilen vinil asetat.
- Penyimpanan obat (drug reservoir) nikotin dalam matriks copolimer etilen vinil asetat.
- Membran kecepatan kontrol : polietilen.
- Perekat (adhesive) : poliisobutilen.
- Pelindung yang dihilangkan sewaktu digunakan.
3. Nicotrol (Parke-Devis)
Patch persegi panjang
multi layer yang terdiri dari :
- Dasar (backing) sebelah luar : lapisan poliester yang berlapis-lapis.
- Perekat (adhesive) yang kecepatannya dikontrol, bahan yang stabil dan nikotin.
- Lapisan kertas yang dapat dihilangkan sewaktu digunakan.
4. Prostep (Lederle)
Patch bundar multi
layer yang terdiri dari :
- Pengikat warna abu-abu yang berbusa dan perekat (adhesive) akrilat.
- Kertas dasar (backing), gelatin dan lapisan polietilen yang berat jenisnya rendah.
- Matriks gel nikotin.
Kertas pelindung yang baik dan dapat
dihilangkan sewaktu digunakan.
c.
Dosis
Terdapat 3 dosis sediaan nikotin patch yang dikelompokkan berdasarkan
berapa banyak jumlah nikotin yang diabsorbsi dalam 24 jam. Dosisnya adalah 21
mg perhari (langkah 1), 14 mg perhari (langkah 2), dan 7 mg perhari (langkah
3). Frekuensi penggunaan nikotin patch adalah satu kali sehari, antara 16
sampai 24 jam dalam sehari. Sediaan tersebut dapat digunakan pada lengan bagian
atas atau bagian tubuh yang lain. Setiap harinya, patch harus digunakan pada
tempat yang berbeda untuk mencegah terjadinya iritasi.
Dewasa lebih
dari 18 tahun:
-
untuk pasien yang merokok kurang dari 20 batang perhari, dosis yang digunakan
14-24mg / 24 jam
- untuk
pasien yang merokok lebih dari 20 batang perhari, dosis yang digunakan 24mg /
24 jam
dosis diturunkan secara bertahap,
penurunan dosis dilakukan setiap 3-4 minggu, terapi nicotine replacement
ini tidak boleh dilakukan lebih dari 6 bulan.
Dewasa
dan anak-anak, lebih dari 12 tahun:
- Dosis
awal 15mg /16 jam selama 8 minggu, kemudian dosis diturunkan 10 mg/ 16 jam
selama 2 minggu, dan diturunkan lagi 5mg / 16 jam selama 2 minggu.
Dewasa dan anak-anak, lebih dari 12 tahun:
- Untuk
pasien yang merokok 10 batang rokok atau lebih perharinya, dosis awal yang
digunakan 25mg / 16jam selama 8 minggu, dilanjutkan dengan 15mg / 16jam selama
2 minggu, kemudian 10mg / 16jam selama 2 minggu.
- Untuk
pasien yang merokok kurang dari 10 batang perharinya, dosis awal yang digunakan
15mg / 16jam selama 8 minggu, dilanjutkan dengan 10mg / 16jam selama 4 minggu.
d.
penggunaan nikotin patch
Berdasarkan
hasil penelitian, satu dosis standar pengganti nikotin tidak cukup kuat bila
digunakan untuk semua perokok karena tergantung pada kadar nikotin dalam darah
dimana pada setiap perokok berbeda-beda. Pada seseorang yang merokok tidak
lebih dari 20 batang per hari dapat digunakan dosis nikotin patch 21 atau 22
mg/hari. Sedangkan pada seseorang yang merokok antara 21-40 batang per hari ,
dosis yang diberikan adalah intermediate dose 33-35 mg/hari untuk mengatasi
withdrawal symptom. Bagi seseorang yang merokok 40 batang per hari atau lebih,
dibutuhkan dosis 44 mg/hari (Dale et al., 1995).
e.
Efek samping
Efek samping
yang paling umum adalah iritasi kulit. Ketika pertama kali menggunakan patch,
mungkin pasien akan merasakan gatal ringan, dan rasa terbakar. Hal ini normal
dan akan hilang setelah beberapa jam. Ketika pasien melepaskan patch, kulit
dibawah akan kemerahan. Kemerahan seharusnya akan hilang setelah beberapa hari.
Jika terdapat tanda reaksi kulit yang agak berat, atau lebih lama dari hal
tersebut, jangan gunakan dahulu dan hubungi dokter. Efek samping lain termasuk
insomnia, mimpi yang tidak normal, gugup, mual, muntah, gangguan perut,
konstipasi, diare, pusing, lemah, detak jantung tidak teratur, takikardi,
dan palpitasi.
f. Bioavailabilitas
Nikotin
dengan cepat diserap melalui rongga mulut, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Penyerapan nikotin melintasi membran biologis tergantung pada pH. Dalam keadaan
terionisasi, antara seperti dalam lingkungan asam, nikotin tidak cepat lintas
membran.. Absorpsi respiratory nikotin 60% hingga 80%. Nikotin base
bisa diserap melalui kulit,. Nikotin diabsorsi secara buruk dari
perut karena terprotonasi (terionisasi) dalam cairan asam lambung, tetapi
juga diserap di usus kecil, yang memiliki pH lebih basa dan area
permukaan besar.
Setelah
diserap kapsul nikotin atau larutan nikotin mencapai konsentrasi puncak
dalam darah dicapai dalam waktu sekitar 1 jam . Bioavailabilitas oral
nikotin tidak sempurna karena mengalami first pass metabolism dan
berkisar antara 20% - 45% . Metabolisme dari nikotin adalah kebanyakan
dimediasi melalui sitokrom P450 hepatik CYP2A6 dengan oksidasi-C nikotin
menjadi cotinine sebagai reaksi detoxication utama, diikuti oleh hidroksilasi
dari cotinine menjadi 3-hydroxycotinine (EFSA, 2009). Pada sebuah penelitian
bioavailabilitas absolute transdermal nikotin yang mengandung 52,5 mg
sebesar 82 % berada dalam konsentrasi plasma (AHFS, 2008).
2. Salonpas
koyo

Indikasi:
Meredakan
rasa nyeri yang disebabkan oleh : kelelahan otot, nyeri otot, kekakuan leher,
punggung pegal, sakit kepala, sakit gigi, memar, terkilir dan nyeri sendi.
Kontra Indikasi:
N/A
Deskripsi:
Kontra Indikasi:
N/A
Deskripsi:
Bahan
Aktif b/b(per 100g massa plester):
Methyl
Salicylate 7.18 gr
l-Menthol
5.66 gr
dl-Comphor
1.24 gr
Aturan Pakai:
Aturan Pakai:
Dewasa
dan anak-anak umur 12 tahun ke atas: Bersihkan dan keringkan bagian yang sakit.
Lepaskan kertas dan tempelkan produk pada bagian yang sakit tidak lebih dari 3
atau 4 kali sehari. Lepaskan setelah 8 jam pamakaian.
Anak-anak di bawah 12 tahun: konsultasi ke dokter.
Peringatan:
Anak-anak di bawah 12 tahun: konsultasi ke dokter.
Peringatan:
Hanya
untuk pemakaian luar.
Jangan digunakan:
- pada
luka atau kulit yang rusak
- pada
orang yang alergi terhadap aspirin atau salisilat
Minta
petunjuk dokter sebelum penggunaan, jika anda alertgi terhadap produk topikal
(pemakaian luar). Tanyakan ke dokter atau apoteker sebelum penggunaan, jika
menggunakan obat lain secara bersamaan.
Jika menggunakan produk ini:
-
Jangan menggunakannya di luar petunjuk yang ada
-
hindari kontak dengan mata, selaput lendir atau ruam
-
jangan digunakan bersama dengan kompres panas
Hentikan pemakaian dan tanyakan ke dokter,
jika:
-
kondisi memburuk
-
Gejala tidak membaik selama lebih dari 7 hari atau membaik tetapi kambuh lagi
dalam beberapa hari
-
timbul kemerahan, gatal atau iritasi kulit
Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Kemasan
dapat dapat membahayakan anak. Jika tertelan, segera minta pertolongan medis.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar.
Hindarkan dari sinar matahari langsung.
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar.
Hindarkan dari sinar matahari langsung.
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Patch transdermal
adalah patch dengan perekat yang mengandung senyawa obat, yang
diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif dalam dosis spesifik melalui
kulit menuju aliran darah.
Transdermal
adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat
berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun
mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat;
dermal = kulit).
Proses
masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan – lapisan kulit menuju
posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi
perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang
ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan
yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit.
3.2 Saran
Harus
diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat kulit juga memiliki banyak enzim
pemetabolisme.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2011, FDA Menyetujui Obat(online), http://id.hicow.com/food-and-drug-administration/obat/disetujui-obat-1514738.html, diakses
tanggal 22 Desember 2011.
Anonim,
2010, Sediaan Transdermal (online), http://www.scribd.com/doc/75456370/sediaan-transdermal, diakses
tanggal 22 Desember 2011.
Bharadwaj,
Snigdha., dkk, 2011, Recent Advancement In Transdermal Drug Delivery System(online),
http://ijbtr.com/journal/June_2011_Volume-1_Issue-1-articleNo-6.pdf, diakses
tanggal 22 Desember 2011.
Lucida,
Henny., dkk, 2008,UjiDaya Peningkat Penetrasi Virgin Coconut Oil (VCO) Dalam
Basis Krim(online),http://digilib.unsri.ac.id/download/Publikasi%20Sukma090814.pdf, diakses
tanggal 22 Desember 2011.
Patel, Divyesh,.dkk,
2011, Transdermal Drug Delivery System : Review(online), http://ijppronline.com/journal/february-2011-vol-1-issue-1/paper-10.pdf, diakses
tanggal 22 Desember 2011.
Komentar
Posting Komentar